7 Kecelakaan Pesawat Terparah di Dunia - Kecelakaan pesawat adalah hal yang kritis mengingat jumlah survivor-nya sangat kecil dibanding kecelakaan moda transportasi lain, seperti kereta api, mobil, sepeda motor atau bus. Namun frekuensi kecelakaan pesawat sangatlah kecil dibanding kecelakaan transportasi lain.
Jika dibandingkan dengan kecelakaan transportasi darat, yang paling banyak disorot adalah kecelakaan pesawat. Ini karena pesawat sebagai "burung besi" yang mampu terbang 10.000 meter di atas permukaan laut dan mampu mengangkut ratusan penumpang sekaligus. Sehingga jika terjadi insiden kecelakaan, besar kemungkinan penumpang beserta kru yang berada di dalamnya 99% meninggal.
Seperti halnya tabrakan pesawat KLM 4805 milik Belanda dengan Pan Am 1736 milik Amerika Serikat di Bandara Los Rodeos yang sekarang dikenal dengan Bandara Tenerife Utara, Spanyol pada 27 Maret 1977. Kecelakaan tersebut terjadi lantaran salah komunikasi di bandara itu yang menyebabkan kedua pesawat Boing 747 tersebut akhirnya bertabrakan.
Baca juga : 7 Misteri Hilangnya Pesawat Yang Belum Terpecahkan
Dan ini merupakan kecelakaan dengan korban jiwa terbesar sepanjang masa. Pesawat KLM berpenumpang 335 orang dan Pan Am ada 396 orang. Total penumpang dan awak pesawat yang meninggal mencapai 583 orang.
Selain kecelakaan pesawat KLM 4805 dan Pan Am 1736, rupanya banyak juga kecelakaan pesawat terparah di dunia yang jumlah penumpangnyapun cukup banyak.
Berikut 7 Kecelakaan Pesawat Terparah di Dunia, termasuk pesawat KLM 4805 milik Belanda dengan Pan Am 1736 milik Amerika Serikat.
Musibah Tenerife terjadi pada tanggal 27 Maret 1977 pukul 17:06 waktu setempat, ketika dua Boeing 747 bertabrakan di Bandar Udara Internasional Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary, menewaskan 583 orang. Kecelakaan ini masih merupakan peringkat tertinggi kehilangan nyawa manusia dalam sejarah penerbangan.
Pesawat yang terlibat yaitu Pan Am Penerbangan 1736, dinamai Clipper Victor, di bawah kendali Kapten Victor Grubbs, dan KLM Penerbangan 4805, dinamai Rijn (Sungai Rhine), di bawah kendali Kapten Jacob Veldhuyzen van Zanten. KLM 4805, melakukan take off di satu-satunya landasan di bandara tersebut, menabrak Pan Am yang sedang berjalan menuju landasan yang sama.
Sebelumnya kedua pesawat tersebut dialihkan menuju Bandara Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary, Spanyol menyusul terjadinya ledakan bom di sebuah toko bunga di bandara tujuan semula di Las Palmas, yang disusul dengan ancaman bom kedua.
Kedua pesawat bertabrakan ketika akan meninggalkan Tenerife kembali ke Las Palmas dan KLM 4805 melakukan take off tanpa izin dari Air Traffic Controller (ATC) disaat Pan Am 1736 sedang menyeberangi landasan yang sama untuk bersiap berangkat. Pilot KLM sempat mencoba memaksa pesawatnya take off namun baru mencapai 100 kaki pesawatnya menabrak PanAm.
Jumlah korban tewas dari pesawat KLM adalah semua 234 penumpang dan 14 awaknya, sedangkan dari pesawat PanAm 9 dari 16 awak tewas dan 265 dari 317 penumpang tewas.
Bandar Udara Los Rodeos berada di sebelah utara Tenerife dan kebanyakan digunakan untuk penerbangan antara Kepulauan Canary dan sekitarnya serta ke daratan Spanyol.
Investigasi menunjukkan bahwa, selain usaha lepas landas pesawat KLM tanpa izin ATC, kecelakaan tersebut disebabkan oleh kebingungan pilot kedua pesawat oleh instruksi ATC, yaitu masalah bahasa, di mana logat Spanyol kental ATC membingungkan pilot, serta pilot KLM juga tidak menggunakan bahasa standar penerbangan dalam komunikasi dengan ATC (bersifat ambigu, sehingga membingungkan ATC).
Selain itu, peralatan komunikasi serta peralatan darat lain juga tidak memadai untuk mengawasi pergerakan pesawat. Kondisi ini diperparah oleh kabut tebal yang melanda daerah itu pada hari kecelakaan tersebut. [Sumber: wikipedia.org]
Japan Airlines Penerbangan 123 adalah Boeing 747-146SR, dengan nomor rergistrasi JA8119, jatuh di Gunung Takamagahara di Prefektur Gunma, Jepang 100 km dari Tokyo, pada 12 Agustus 1985. Lokasi jatuhnya, dua bubungan gunung di dekat Gunung Osutaka.
Kecelakaan pesawat ini merupakan yang terparah dalam sejarah penerbangan, dengan seluruh 15 awak pesawat meninggal, dan 505 dari 509 penumpang meninggal (termasuk aktor dan penyanyi terkenal Kyu Sakamoto) dengan total korban meninggal 520 orang.
Ada 4 orang yang selamat, semuanya penumpang, meskipun satu dari yang selamat adalah pramugari Japan Airlines yang sedang cuti. Keempat orang yang selamat ini semuanya wanita - pramugari yang sedang cuti, umur 25, yang terjepit di antara kursi, wanita berumur 34 tahun dan putrinya yang berumur 12 tahun yang terkurung di rangka yang masih utuh, dan anak perempuan berumur 12 tahun yang pada saat ditemukan terduduk di atas dahan pohon.
AL 123 lepas landas dari Bandara Haneda pada pukul 6:12 sore waktu setempat, dengan 12 menit lebih dari jadwal. 12 menit kemudian, saat lepas landas, ketika pesawat memasuki ketinggian jelajah di atas Teluk Sagami, bagian penyekat buritan belakang pesawat pecah dan menghasilkan ledakan dekompresi, yang merobek ekor pesawat.
Terlepasnya bagian ekor ini merusak seluruh sistem hidraulik pesawat secara keseluruhan, mengakibatkan pesawat kemudian melayang-layang tak terkendali selama sekitar 30 menit sebelum akhirnya jatuh menabrak gunung. Sebenarnya, pilot mencoba mencari tempat mendarat darurat, mula-mula kembali ke Bandara Haneda di Tokyo, tempat pesawat ini lepas landas. Ketika pesawat semakin tidak terkendali, pilot mencoba terbang menuju pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Yokota. Namun, semua usaha tersebut sia-sia.
Pada pukul 6:56 waktu setempat, pesawat hilang kontak dengan radar. Pesawat tersebut menabrak punggung gunung dan kemudian menabrak gunung kedua kemudian terbalik dan menghantam tanah dengan punggung pesawat terlebih dahulu.
Menurut penyelidikan yang dilakukan Komisi Penyelidik Kecelakaan Pesawat dan Kereta Api Jepang kemudian, ekor pesawat tersebut pernah tersenggol dalam sebuah pendaratan di Bandara Itami pada 2 Juni 1978. Ekor pesawat itu kemudian tidak diperbaiki dengan sempurna oleh teknisi Boeing dan JAL yang menyebabkan berkurangnya kemampuan penyekat bertekanan bagian belakang dalam menahan beban tekanan selama penerbangan sehingga mengakibatkan kelelahan logam dan kecelakaan tersebut terjadi.
Pasca kecelakaan, Presiden JAL, Yasumoto Takagi, memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Di Haneda, seorang manajer perawatan JAL memutuskan bunuh diri akibat tidak kuat menanggung rasa malu yang telah ditimbulkannya kepada perusahaan. [Sumber: wikipedia.org]
Tabrakan pesawat di udara yang terjadi pada 12 November 1996 ini melibatkan Boeing 747-168B milik Saudi Arabian Airlines yang membawa 312 penumpang dengan pesawat Ilyushin Il-76TD milik Kazakhstan Airlines yang mengangkut 37 penumpang.
Insiden tabrakan udara maut ini akibat keterbatasan pilot Kazakhstan Airlines dalam berbahasa Inggris saat hendak mendarat di New Delhi, India. Saat itu, pesawat aman untuk turun hingga ketinggian 4.600 kaki, tetapi operator radio gagal menginformasikan kepada kru pesawat untuk tetap pada ketinggiannya. Akibatnya pesawat pun terus mengurangi ketinggiannya.
Di saat bersamaan, pesawat Saudi Arabian Airlines baru saja lepas landas, dan pada ketinggian 4.300 kaki tabrakan pun tak terhindarkan. Kedua pesawat langsung meledak di udara meninggalkan ribuan kepingan yang jatuh ke daratan. Ini adalah kecelakaan di udara terbesar yang pernah ada dalam sejarah penerbangan dunia.
Pesawat Arab Saudi ini terbakar saat baru saja lepas landas dari Bandara Internasional Riyadh, Arab Saudi tahun 1980. Begitu pesawat lepas landas, api mulai berkorbar di dalam kargo. Sementara pilot berhasil mendarat dengan selamat, namun, naas semua orang yang ada di dalam Pesawat tewas seketika.
Tercatat dalam sejarah Amerika sebagai momen kecelakaan udara terburuk yang pernah terjadi di negara tersebut. Hampir 300 orang, tepatnya 273 nyawa melayang dalam musibah jatuhnya pesawat American Airlines di lahan bekas bandara.
Kala itu, sore hari yang cerah pada 25 Mei 1979, pesawat American Airlines Flight 191 lepas landas dari Bandara Internasional O'Hare, Chicago menuju Los Angeles. Dilansir dari History Channel, burung besi jenis McDonnell Douglas DC-10-10 itu normal saat lepas landas, tetapi setelah naik sekitar 400 kaki, mesin kiri pesawat bermasalah.
Saksi mata dalam laporan Airwaysnews mengatakan, pesawat yang juga dikenal dengan DC-10 itu tidak terbang di atas ketinggian 300 kaki. "Kami melihat jejak asap putih dari bahan bakar dan cairan hidrolik dari sayap kiri," ucap mereka.
Laman Daily Herald menulis, orang-orang di dalam pesawat itu tak menyadari bahwa hidup mereka hanya tinggal 90 detik.
Bagian mesin itu terayun-ayun dan terlepas. Ketika copot, mengenai bagian depan sayap dan merusak sistem hidrolik pesawat secara keseluruhan.
Saat menyadari ada masalah, pilot melambatkan kecepatan pesawat dan burung besi terbang miring ke kiri lalu jatuh di Airport Ravenswood, lapangan kosong dekat tempat parkir trailer yang berada di ujung landasan.
Pesawat yang sarat dengan bahan bakar itu meledak, menewaskan 277 orang di dalamnya seketika 258 penumpang dan 13 awak. Panas dari kobaran besar api membuat pemadam kebakaran tak bisa mendekati burung besi itu hampir 1 jam. Sehingga tak ada yang selamat satu pun.
Kecelakaan juga menyebabkan kebakaran di sebuah rumah mobil atau trailer di dekatnya, menewaskan dua orang.
Puing-puing mesin kiri pesawat ditemukan berceceran di landasan pacu sesaat setelah pesawat tersebut jatuh. [Sumber: liputan6.com]
Sebanyak 346 orang meninggal atas kecelakaan pesawat yang terjadi di luar kota Paris pada Maret 1974. Kecelakaan mengerikan yang memakan banyak korban jiwa ini dialami oleh pesawat Turkish Airlines Flight 981. Menurut investigasi, kecelakaan disebabkan karena kargo belakang pesawat meledak.
Ledakan yang terjadi pada kargo mengakibatkan pesawat mengalami dekompresi, memutuskan sejumlah kabel, dan membuat pilot kehilangan kendali pesawat. Kargo pesawat Turkish Airline terbuka ke arah luar dan menyebabkan tekanan udara keluar. Terbukanya kargo pesawat diperkirakan merupakan kesalahan mekanisme kunci pada kargo pesawat.
Jika dibandingkan dengan kecelakaan transportasi darat, yang paling banyak disorot adalah kecelakaan pesawat. Ini karena pesawat sebagai "burung besi" yang mampu terbang 10.000 meter di atas permukaan laut dan mampu mengangkut ratusan penumpang sekaligus. Sehingga jika terjadi insiden kecelakaan, besar kemungkinan penumpang beserta kru yang berada di dalamnya 99% meninggal.
Seperti halnya tabrakan pesawat KLM 4805 milik Belanda dengan Pan Am 1736 milik Amerika Serikat di Bandara Los Rodeos yang sekarang dikenal dengan Bandara Tenerife Utara, Spanyol pada 27 Maret 1977. Kecelakaan tersebut terjadi lantaran salah komunikasi di bandara itu yang menyebabkan kedua pesawat Boing 747 tersebut akhirnya bertabrakan.
Baca juga : 7 Misteri Hilangnya Pesawat Yang Belum Terpecahkan
Dan ini merupakan kecelakaan dengan korban jiwa terbesar sepanjang masa. Pesawat KLM berpenumpang 335 orang dan Pan Am ada 396 orang. Total penumpang dan awak pesawat yang meninggal mencapai 583 orang.
Selain kecelakaan pesawat KLM 4805 dan Pan Am 1736, rupanya banyak juga kecelakaan pesawat terparah di dunia yang jumlah penumpangnyapun cukup banyak.
Berikut 7 Kecelakaan Pesawat Terparah di Dunia, termasuk pesawat KLM 4805 milik Belanda dengan Pan Am 1736 milik Amerika Serikat.
1 Tabrakan Pesawat KLM 4805 & Pesawat Pan Am 1736 Tahun 1977
Musibah Tenerife terjadi pada tanggal 27 Maret 1977 pukul 17:06 waktu setempat, ketika dua Boeing 747 bertabrakan di Bandar Udara Internasional Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary, menewaskan 583 orang. Kecelakaan ini masih merupakan peringkat tertinggi kehilangan nyawa manusia dalam sejarah penerbangan.
Pesawat yang terlibat yaitu Pan Am Penerbangan 1736, dinamai Clipper Victor, di bawah kendali Kapten Victor Grubbs, dan KLM Penerbangan 4805, dinamai Rijn (Sungai Rhine), di bawah kendali Kapten Jacob Veldhuyzen van Zanten. KLM 4805, melakukan take off di satu-satunya landasan di bandara tersebut, menabrak Pan Am yang sedang berjalan menuju landasan yang sama.
Sebelumnya kedua pesawat tersebut dialihkan menuju Bandara Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary, Spanyol menyusul terjadinya ledakan bom di sebuah toko bunga di bandara tujuan semula di Las Palmas, yang disusul dengan ancaman bom kedua.
Kedua pesawat bertabrakan ketika akan meninggalkan Tenerife kembali ke Las Palmas dan KLM 4805 melakukan take off tanpa izin dari Air Traffic Controller (ATC) disaat Pan Am 1736 sedang menyeberangi landasan yang sama untuk bersiap berangkat. Pilot KLM sempat mencoba memaksa pesawatnya take off namun baru mencapai 100 kaki pesawatnya menabrak PanAm.
Jumlah korban tewas dari pesawat KLM adalah semua 234 penumpang dan 14 awaknya, sedangkan dari pesawat PanAm 9 dari 16 awak tewas dan 265 dari 317 penumpang tewas.
Bandar Udara Los Rodeos berada di sebelah utara Tenerife dan kebanyakan digunakan untuk penerbangan antara Kepulauan Canary dan sekitarnya serta ke daratan Spanyol.
Investigasi menunjukkan bahwa, selain usaha lepas landas pesawat KLM tanpa izin ATC, kecelakaan tersebut disebabkan oleh kebingungan pilot kedua pesawat oleh instruksi ATC, yaitu masalah bahasa, di mana logat Spanyol kental ATC membingungkan pilot, serta pilot KLM juga tidak menggunakan bahasa standar penerbangan dalam komunikasi dengan ATC (bersifat ambigu, sehingga membingungkan ATC).
Selain itu, peralatan komunikasi serta peralatan darat lain juga tidak memadai untuk mengawasi pergerakan pesawat. Kondisi ini diperparah oleh kabut tebal yang melanda daerah itu pada hari kecelakaan tersebut. [Sumber: wikipedia.org]
2 Pesawat Japan Airlines 123 Tahun 1985
Japan Airlines Penerbangan 123 adalah Boeing 747-146SR, dengan nomor rergistrasi JA8119, jatuh di Gunung Takamagahara di Prefektur Gunma, Jepang 100 km dari Tokyo, pada 12 Agustus 1985. Lokasi jatuhnya, dua bubungan gunung di dekat Gunung Osutaka.
Kecelakaan pesawat ini merupakan yang terparah dalam sejarah penerbangan, dengan seluruh 15 awak pesawat meninggal, dan 505 dari 509 penumpang meninggal (termasuk aktor dan penyanyi terkenal Kyu Sakamoto) dengan total korban meninggal 520 orang.
Ada 4 orang yang selamat, semuanya penumpang, meskipun satu dari yang selamat adalah pramugari Japan Airlines yang sedang cuti. Keempat orang yang selamat ini semuanya wanita - pramugari yang sedang cuti, umur 25, yang terjepit di antara kursi, wanita berumur 34 tahun dan putrinya yang berumur 12 tahun yang terkurung di rangka yang masih utuh, dan anak perempuan berumur 12 tahun yang pada saat ditemukan terduduk di atas dahan pohon.
AL 123 lepas landas dari Bandara Haneda pada pukul 6:12 sore waktu setempat, dengan 12 menit lebih dari jadwal. 12 menit kemudian, saat lepas landas, ketika pesawat memasuki ketinggian jelajah di atas Teluk Sagami, bagian penyekat buritan belakang pesawat pecah dan menghasilkan ledakan dekompresi, yang merobek ekor pesawat.
Terlepasnya bagian ekor ini merusak seluruh sistem hidraulik pesawat secara keseluruhan, mengakibatkan pesawat kemudian melayang-layang tak terkendali selama sekitar 30 menit sebelum akhirnya jatuh menabrak gunung. Sebenarnya, pilot mencoba mencari tempat mendarat darurat, mula-mula kembali ke Bandara Haneda di Tokyo, tempat pesawat ini lepas landas. Ketika pesawat semakin tidak terkendali, pilot mencoba terbang menuju pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Yokota. Namun, semua usaha tersebut sia-sia.
Pada pukul 6:56 waktu setempat, pesawat hilang kontak dengan radar. Pesawat tersebut menabrak punggung gunung dan kemudian menabrak gunung kedua kemudian terbalik dan menghantam tanah dengan punggung pesawat terlebih dahulu.
Menurut penyelidikan yang dilakukan Komisi Penyelidik Kecelakaan Pesawat dan Kereta Api Jepang kemudian, ekor pesawat tersebut pernah tersenggol dalam sebuah pendaratan di Bandara Itami pada 2 Juni 1978. Ekor pesawat itu kemudian tidak diperbaiki dengan sempurna oleh teknisi Boeing dan JAL yang menyebabkan berkurangnya kemampuan penyekat bertekanan bagian belakang dalam menahan beban tekanan selama penerbangan sehingga mengakibatkan kelelahan logam dan kecelakaan tersebut terjadi.
Pasca kecelakaan, Presiden JAL, Yasumoto Takagi, memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Di Haneda, seorang manajer perawatan JAL memutuskan bunuh diri akibat tidak kuat menanggung rasa malu yang telah ditimbulkannya kepada perusahaan. [Sumber: wikipedia.org]
3 Tabrakan Pesawat Saudi Arabian Airlines & Pesawat Kazakhstan Airlines Tahun 1996
Tabrakan pesawat di udara yang terjadi pada 12 November 1996 ini melibatkan Boeing 747-168B milik Saudi Arabian Airlines yang membawa 312 penumpang dengan pesawat Ilyushin Il-76TD milik Kazakhstan Airlines yang mengangkut 37 penumpang.
Insiden tabrakan udara maut ini akibat keterbatasan pilot Kazakhstan Airlines dalam berbahasa Inggris saat hendak mendarat di New Delhi, India. Saat itu, pesawat aman untuk turun hingga ketinggian 4.600 kaki, tetapi operator radio gagal menginformasikan kepada kru pesawat untuk tetap pada ketinggiannya. Akibatnya pesawat pun terus mengurangi ketinggiannya.
Di saat bersamaan, pesawat Saudi Arabian Airlines baru saja lepas landas, dan pada ketinggian 4.300 kaki tabrakan pun tak terhindarkan. Kedua pesawat langsung meledak di udara meninggalkan ribuan kepingan yang jatuh ke daratan. Ini adalah kecelakaan di udara terbesar yang pernah ada dalam sejarah penerbangan dunia.
4 Pesawat Saudi Arabian 163 Tahun 1980
Pesawat Arab Saudi ini terbakar saat baru saja lepas landas dari Bandara Internasional Riyadh, Arab Saudi tahun 1980. Begitu pesawat lepas landas, api mulai berkorbar di dalam kargo. Sementara pilot berhasil mendarat dengan selamat, namun, naas semua orang yang ada di dalam Pesawat tewas seketika.
Setelah mendarat, tidak ada jejak yang terlihat dari api. Namun, pesawat itu terus meluncur di landasan sekitar tiga menit untuk berhenti penuh. Ketika petugas layanan darurat membuka pintu, mereka menemukan semua penumpang telah tewas di dalam kabin. Para penumpang tewas akibat menghirup asap.
Hasil otopsi menunjukkan bahwa semua penumpang yang berada di dalam Pesawat meninggal sebelum mendarat. Tragedi ini merenggut nyawa 14 anggota awak dan 287 penumpang dari Pesawat tersebut. Ini adalah bencana terburuk yang terjadi di Arab Saudi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebakaran yang menimpah pesawat naas yang menewaskan 301 orang itu di picu oleh dua kompor butane yang ada di dalam kargo pesawat.
5 Pesawat Air India Flight Tahun 1985
Pesawat Boeing 747 milik maskapai Air India jatuh di lepas pantai Irlandia. Kecelakaan itu menewaskan 329 penumpang dan awak.
Stasiun berita BBC mengungkapkan bahwa Air India saat itu dijadwalkan 45 menit lagi tiba di Bandara Heathrow, London, setelah terbang dari Toronto dan Montreal, Kanada. Namun pesawat itu menghilang dari pantauan radar saat berada di atas laut dekat Irlandia.
Pesawat itu diduga jatuh dari ketinggian 30.000 kaki (9.144 meter) dan pilot tidak sempat memberikan pesan darurat (mayday). Tim penyelidik juga menduga bahwa pesawat itu kemungkinan sudah hancur di udara akibat ledakan bom yang disusupi oleh kelompok ekstrimis Sikh.
Sebagian besar penumpang adalah warga India yang akan melanjutkan perjalanan pulang ke Bombay (sekarang Mumbai) maupun New Delhi. Tim penyelamat pesimistis akan menemukan penumpang yang masih hidup dari insiden itu.
Lima bulan kemudian, pihak keamanan Kanada menangkap dua tersangka, yaitu Talwinder Singh Parmar dan Inderjit Singh Reyat, sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kecelakaan itu.
6 Pesawat American Airlines Flight 191 Tahun 1979
Tercatat dalam sejarah Amerika sebagai momen kecelakaan udara terburuk yang pernah terjadi di negara tersebut. Hampir 300 orang, tepatnya 273 nyawa melayang dalam musibah jatuhnya pesawat American Airlines di lahan bekas bandara.
Kala itu, sore hari yang cerah pada 25 Mei 1979, pesawat American Airlines Flight 191 lepas landas dari Bandara Internasional O'Hare, Chicago menuju Los Angeles. Dilansir dari History Channel, burung besi jenis McDonnell Douglas DC-10-10 itu normal saat lepas landas, tetapi setelah naik sekitar 400 kaki, mesin kiri pesawat bermasalah.
Saksi mata dalam laporan Airwaysnews mengatakan, pesawat yang juga dikenal dengan DC-10 itu tidak terbang di atas ketinggian 300 kaki. "Kami melihat jejak asap putih dari bahan bakar dan cairan hidrolik dari sayap kiri," ucap mereka.
Laman Daily Herald menulis, orang-orang di dalam pesawat itu tak menyadari bahwa hidup mereka hanya tinggal 90 detik.
Bagian mesin itu terayun-ayun dan terlepas. Ketika copot, mengenai bagian depan sayap dan merusak sistem hidrolik pesawat secara keseluruhan.
Saat menyadari ada masalah, pilot melambatkan kecepatan pesawat dan burung besi terbang miring ke kiri lalu jatuh di Airport Ravenswood, lapangan kosong dekat tempat parkir trailer yang berada di ujung landasan.
Pesawat yang sarat dengan bahan bakar itu meledak, menewaskan 277 orang di dalamnya seketika 258 penumpang dan 13 awak. Panas dari kobaran besar api membuat pemadam kebakaran tak bisa mendekati burung besi itu hampir 1 jam. Sehingga tak ada yang selamat satu pun.
Kecelakaan juga menyebabkan kebakaran di sebuah rumah mobil atau trailer di dekatnya, menewaskan dua orang.
Puing-puing mesin kiri pesawat ditemukan berceceran di landasan pacu sesaat setelah pesawat tersebut jatuh. [Sumber: liputan6.com]
7 Pesawat Turkish Airlines 981 Tahun 1974
Sebanyak 346 orang meninggal atas kecelakaan pesawat yang terjadi di luar kota Paris pada Maret 1974. Kecelakaan mengerikan yang memakan banyak korban jiwa ini dialami oleh pesawat Turkish Airlines Flight 981. Menurut investigasi, kecelakaan disebabkan karena kargo belakang pesawat meledak.
Ledakan yang terjadi pada kargo mengakibatkan pesawat mengalami dekompresi, memutuskan sejumlah kabel, dan membuat pilot kehilangan kendali pesawat. Kargo pesawat Turkish Airline terbuka ke arah luar dan menyebabkan tekanan udara keluar. Terbukanya kargo pesawat diperkirakan merupakan kesalahan mekanisme kunci pada kargo pesawat.