Koin Emas Berusia Ratusan Tahun di Temukan di Tiongkok, Para peneliti dan sejarawan di Tiongkok menemukkan lebih dari 2 juta koin tembaga dan 10.000 koin emas dari kompleks makam tua di Kabupaten Xinjian Cina.
Koin berupa uang berusia dua ribu tahun ini, memiliki simbol dan karakter China, di mana ada lubang persegi di tengah-tengahnya, dan ditemukan di sebuah situs penggalian di kota Nanchang.
Nilai koin ini dikatakan sekitar $157.340 atau lebih dari 2 miliar rupiah. Sesudah Masehi, penguasa terbesar dari Dinasti Han yang memerintah antara tahun dua ratus enam SM dan 25.
Baca juga : 7 Negara Penghasil Emas Terbesar Di Dunia
Nilai koin ini dikatakan sekitar $157.340 atau lebih dari dua miliar rupiah. Dan para ahli percaya makam ini milik Liu yaitu cucu dari Kaisar Wu penguasa terbesar dari Dinasti Han yang memerintah antara tahun 206 SM dan 25 Sesudah Masehi.
Para ahli berharap, penemuan berupa koin emas, perunggu, besi, lonceng, serta patung-patung ini bisa menjelaskan lebih lanjut tentang kehidupan bangsawan di zaman kuno.
Luas kuburan ini mencakup area empat puluh ribu meter persegi dengan dinding yang membentang nyaris 900 meter, Para ahli percaya bahwa istri Liu dimakamkan di salah satu makam di sini.
Xin Lixiang dari Museum Nasional China menyebut, bahwa langkah berikutnya merupakan untuk melihat ke dalam makam sebagai petunjuk lebih jelas dari penghuni makam.
"Mungkin ada segel kerajaan dan pakaian jade yang bakal memberikan status dan identitas dari penghuni makam", kata Xin seperti dikutip melalui Mail Online.
Orang-orang Cina sendiri mulai menggunakan koin sebagai mata uang sekitar 1.200 SM silam, di mana alat pertanian seperti besi mereka lelehkan dan buat benda bulat kecil untuk perdagangan. Dan lalu mengubahnya kembali ke bentuk pisau dan alat pertanian, bila diperlukan.
Baca juga : 7 Kota Bawah Tanah Yang Tersebunyi Di Dunia
Ini berarti awal koin adalah 'pisau uang' atau 'alat uang', dan pada saat itu orang-orang mulai bergantung pada uang tembaga untuk perdagangan.
Walau tidak sedikit teori di balik jatuhnya Dinasti Han, penelitian terbaru menunjukkan interaksi manusia dengan lingkungan, memainkan peran sentral dalam kehancuran Dinasti ini.
Koin berupa uang berusia dua ribu tahun ini, memiliki simbol dan karakter China, di mana ada lubang persegi di tengah-tengahnya, dan ditemukan di sebuah situs penggalian di kota Nanchang.
Nilai koin ini dikatakan sekitar $157.340 atau lebih dari 2 miliar rupiah. Sesudah Masehi, penguasa terbesar dari Dinasti Han yang memerintah antara tahun dua ratus enam SM dan 25.
Baca juga : 7 Negara Penghasil Emas Terbesar Di Dunia
Nilai koin ini dikatakan sekitar $157.340 atau lebih dari dua miliar rupiah. Dan para ahli percaya makam ini milik Liu yaitu cucu dari Kaisar Wu penguasa terbesar dari Dinasti Han yang memerintah antara tahun 206 SM dan 25 Sesudah Masehi.
Para ahli berharap, penemuan berupa koin emas, perunggu, besi, lonceng, serta patung-patung ini bisa menjelaskan lebih lanjut tentang kehidupan bangsawan di zaman kuno.
Luas kuburan ini mencakup area empat puluh ribu meter persegi dengan dinding yang membentang nyaris 900 meter, Para ahli percaya bahwa istri Liu dimakamkan di salah satu makam di sini.
Xin Lixiang dari Museum Nasional China menyebut, bahwa langkah berikutnya merupakan untuk melihat ke dalam makam sebagai petunjuk lebih jelas dari penghuni makam.
"Mungkin ada segel kerajaan dan pakaian jade yang bakal memberikan status dan identitas dari penghuni makam", kata Xin seperti dikutip melalui Mail Online.
Orang-orang Cina sendiri mulai menggunakan koin sebagai mata uang sekitar 1.200 SM silam, di mana alat pertanian seperti besi mereka lelehkan dan buat benda bulat kecil untuk perdagangan. Dan lalu mengubahnya kembali ke bentuk pisau dan alat pertanian, bila diperlukan.
Baca juga : 7 Kota Bawah Tanah Yang Tersebunyi Di Dunia
Ini berarti awal koin adalah 'pisau uang' atau 'alat uang', dan pada saat itu orang-orang mulai bergantung pada uang tembaga untuk perdagangan.
Walau tidak sedikit teori di balik jatuhnya Dinasti Han, penelitian terbaru menunjukkan interaksi manusia dengan lingkungan, memainkan peran sentral dalam kehancuran Dinasti ini.